Harus diakui ini
berita menggembirakan di awal tahun 2012. Adalah sebuah prestasi tersendiri
para siswa SMK mampu menghadirkan kendaraan dengan 80% komponen diproduksi di
dalam negeri. Bila nantinya jadi diproduksi secara massal, kisaran harga 95
juta rupiah (0ff the road) dan 120 juta rupiah (on
the road) pasti diminati khalayak ramai dan menjanjikan pasar yang
cerah, setidaknya di dalam negeri.
Sebenarnya Esemka
lahir di Tahun 2009 melalui program nasional Direktorat Pembinaan SMK
Kementrian Pendidikan Nasional yang menunjuk lima SMK sebagai pelopor
pembuatan. Yakni SMK 1 Singosari, SMK 6 Kota Malang, SMK 10 Kota Malang, SMK 4
Kota Malang, dan SMK Muhammadiyah II Magelang. Selanjutnya SMK lain di
nusantara mengadopsi dan mengembangkan prototype ini termasuk SMKN
Surakarta diatas. Mungkin kita pernah mendengar Esemka Digdaya dan Rajawali.
Sebenarnya publik
sudah tahu keberadaan Esemka namun masih sebatas mengagumi. Namun cara
yang lebih maju selangkah ditunjukkan oleh orang nomor satu di Surakarta.
Terlepas dari kontroversi dan dukung mendukung yang jelas proyek ini
perlu mendapatkan apresiasi bersama dari seluruh pelosok negeri sembari ada
perbaikan dan pembenahan tentunya. Semoga tidak seperti mobil Timor yang
sekarang sudah tidak terdengar lagi. Dengan harga yang kompetitif bukan hal
mustahil Esemka bisa menjadi kendaraan nasional alias mobil nasional (Mobnas).
Sebuah catatan komparasi menunjukkan bahwa
dalam beberapa hal, desain Esemka masih menyerupai clone kendaraan
keluaran Jepang, semisal Toyota Rush dan CR-V, dengan fitur yang tidak jauh
berbeda. Cobalah tengok dashboard-nya, nyaris serupa dengan
kendaraan SUV lain yang ada di pasaran saat ini.
Tanpa merendahkan
apa yang telah dicapai SMK Surakarta dan Kiat Motor, desain mobil ini masih
bisa ditingkatkan dengan desain yang lebih segar dan orisinil. Produsen
otomotif dapat menjalin kerjasama dengan universitas atau tim perancang tanah
air yang berpengalaman dalam olah rancang otomotif. Dengan begitu aspek aerodinamika,
teknologi bahan dan interior dapat menjadi lebih efisien (body
kendaraan yang lebih ringan misalnya), ditambah dengan elemen-elemen desain
yang berasal dari kultur Indonesia. Bagaimanapun juga, jargon mobil nasional
yang mulai digaungkan harusnya dibarengi wujud akhir tampilan yang khas
Indonesia pula. Jalan dan proses yang akan dilalui tentu masih panjang, namun
semuanya pasti bisa dimulai.
0 comments:
Post a Comment