Perkembangan
Telematika setiap tahun terus mengalami kemajuan mengikut perkembangan jaman,
namun sudah cukup siapkah negara Indonesia kita tercinta ini untuk mengikuti
perkembangannya? Atau kita hanya dapat mengkonsumsi dan hanya menjadi incaran
pangsa pasar dunia?
Sudahkan
negara kita membuat suatu barang atau teknologi yang mampu menembus dan
mempengaruhi pasar dunia? Sementara barang-barang dari luar banyak berdatangan
dan bahkan “release” di Indonesia. Indonesia sangat bangga akan hal tersebut, barang
dengan teknologi baru di”relase” di Indonesia, padahal jika dlihat dari lain
sisi justru merekalah yang patut berterimakasih kepada negara kita karena
negara kita adalah negara yang konsumtif yang apapun dijual diIndonesia hampir
dapat dipastikan akan laris manis.
Kondisi
sektor telematika saat ini memang tidak sekritis sektor infrastruktur lainnya
seperti ketenagalistrikan, jalan, dan perhubungan. Namun, jika tidak dicermati
dan diantisipasi dengan saksama, mungkin sektor telematika di Indonesia hanya
menjadi pasar gemuk barang-barang konsumtif yang akhirnya berpotensi
meninabobokan rakyat dan melemahkan daya saing bangsa. Di samping mendorong
pola hidup konsumtif, pada kenyataannya telematika sudah mulai memperburuk
situasi “keliru budaya” seperti bertelepon, menonton televisi atau DVD, serta
berkirim pesan singkat (SMS) sembari mengemudi di jalan raya. Suatu kondisi
yang secara langsung memperparah tingkat kemacetan yang berujung kepada rasa
kesal, mudah marah, dan stres pengguna jalan di kota besar. Di sisi lain,
terlambatnya operator menggelar jaringan telepon tetap telah menjadikan
Indonesia tertinggal. Rendahnya penetrasi telepon tetap (di bawah empat persen)
yang ditingkahi oleh mahalnya tarif internet telah menutup peluang publik
memanfaatkan telematika untuk memperbaiki tingkat sosial dan ekonomi
mereka.Telepon seluler atau ponsel memang telah menjadi alternatif
bertelekomunikasi. Namun, kesenjangan digital (digital divide) semakin melebar.
Meski sudah mulai merambah ke daerah, ponsel terkonsentrasi di kota-kota besar.
Tidak jarang sebuah keluarga memiliki lebih dari empat ponsel, sedangkan
masyarakat di pedesaan belum memiliki akses. Tidak bisa dimungkiri bahwa
perkembangan industri telematika selalu berjalan lebih cepat dibandingkan
dengan kemampuan pemerintah dalam menyiapkan regulasi dan kebijakan. Kondisi
yang sama juga terjadi di negara maju atau negara berkembang lainnya.
0 comments:
Post a Comment